Rabu, 29 Oktober 2008

KECERDASAN INTRAPERSONAL

MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL PADA ANAK USIA DINI

A. PENDAHULUAN

Hubungan erat antara orang tua –anak akan menciptakan rasa aman secara emosi pada anak. Ciri-ciri anak yang merasa aman dapat dilihat secara emosi lebih tenang ketika menghadapi perpisahan dengan Ibunya, rasa ingin tahunya jauh lebih besar dan ingin bereksplorasi. Seperti ingin diketahui bahwa rasa ingin tahu yang besar merupakan landasan belajar yang utama. Anak yang selalu ingin tahu menjadi pembelajar aktif, dengan gigih berusaha mencari jawab atas keigintahuannya. Seorang anak yang dengan rasa ingin tahu yang besar dapat dikenali dari penampilannya yang menyenangkan, kreatif dan tidak membosankan.
Dukungan orang tua untuk menghargai dan menghormati anak sebagai pribadi yang unik, dengan segala keberadaannya seperti temperamen, karakter, dan potensinya akan mendukung pertumbuhan anak untuk belajar memahami diri dan tentunya jauh lebih mandiri.
Terfokus anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri dan mampu mengendalikan diri dalam situasi sulit. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungannya.
Munculnya kecerdasan Intrapersonal pada anak usia dini telah mendapat konsep permulaan mengenai diri, misalnya sebuah episode yang digambarkan oleh Seymour Epstein dari Universitas Massachussets yaitu seorang anak kecil bernama Diana yang berusia 2 tahun, duduk dimeja bersama keluarga besarnya. Diana diminta menunjuk bibi Rina, dan hal itu dilakukan dengan betul. Kemudian ada suatu permainan dimana mereka meminta Diana menunjuk kebelbagai orang, setelah itu salah seorang diantara mereka berkata ”tunjuk Diana”. Anak itu bingung, iapun menunjuk kesembarang orang. Kemudian ibunya berkata ” kamu tahu siapa Diana. Tunjuk pada gadis kecil yang biasa dipanggil Diana.” Sekarang ia mengerti dan tanpa ragu – ragu menunjuk dirinya.

Ketika anak mulai tumbuh dan berkembang, dia akan terus menerus berusaha dan mencari dan membangun identitasnya, anak ingin mengetahui siapa dirinya dan bagaimana menyesuaikan diri dengan dunianya. Dalam proses pertumbuhan dan proses belajar mau tidak mau anak akan bertemu dengan dengan orang-orang yang melampaui dirinya dalam penampilan, kemampuan dan bakat
Jika orang tua tidak menolong anaknya untuk mengembangkan pemahaman yang kuat mengenai diri dan keunikannya pada anak usia dini, akan membawa anak pada citra diri dan harga diri yang rendah. Bukannya membantu, banyak orang tua yang bahkan membuat masalah bertambah parah dengan berusaha membentuk anak-anak mereka menjadi orang-orang yang menurut mereka cocok bagi anaknya ” Ayahmu seorang dokter terkenal, kamu harus bisa seperti Ayahmu ” kemungkinannya apabila anak gagal memenuhi harapan orang tua, anak akan merasa bahwa dia telah membuat orang tua gagal. Hal ini akan memperparah perasaan tidak berharga pada diri anak.
Selain itu, banyak orang tua keliru memotivasi anak mereka dengan membuat perbandingan, misalnya mereka mengatakan hal-hal seperti ini, ”Rinto, mengapa kamu tidak dapat menggambar sebagus kakakmu? Atau Deo, jika kamu menyisir rambutmu dengan rapi, kamu akan setampan temanmu Roni.” Melakukan hal seperti itu hanya akan membuat seorang anak merasa lebih buruk mengenai dirinya dan anak akhirnya akan tumbuh menjadi orang dengan kecerdasan intrapersonal yang sangat rendah.
Alangkah positifnya, apabila orang tua perlu mengingatkan anak bahwa dia unik, menarik , istimewa dan sebaiknya tetap menjadi sebagaimana dirinya. Selalu katakan kepada anak bahwa dia memiliki karunia, kelebihan, dan bakat yang khusus. Mendukung kelebihan melalui pengakuan Misalnya, apabila seorang Ibu melihat anaknya melakukan sesuatu yang baik, maka Ibu tersebut akan menyatakan ”engkau berbakat”. Jika orang tua memperhatikan bahwa anaknya pandai dalam menggambar, maka akan baik dan tepat bila berkata”Wah, gambarmu bagus sekali, Ibu yakin banyak orang yang tidak dapat melakukannya sebaik kamu nak”.
Seorang anak bukan hanya hasil dari ”chromosom” dan ”gene” orangtua wariskan tetapi anak juga merupakan hasil lingkungan yang orang tua ciptakan untuk anaknya. Lingkungan tersebut mencakup hal-hal fisik seperti makanan, pakaian, rumah, hal-hal yang menyenangkan dan permainan. Lingkungan juga mencakup orang-orang sekitar dan cara anak bertingkah laku. Tingkah laku orang tua memberikan kepada anak kesan pertama tentang dunia disekitarnya.
Sebagai orang tua, cara orang tua tertawa, tersenyum, cemberut, gembira, sedih, senang atau marah, puas atau kecewa, semua itu akan membentuk kepribadian anak. Si anak akan menyerap keadaan emosional orang tua sebelum dia memahami kata-kata yang diucapkan oran tuanya. Sejak usia dini, anak telah menyerap ekspresi, isyarat dan suasana hati orang-orang disekelilingnya. Tabiat, tingkah laku atau pola kepribadian anak, sangat ditentukan oleh orang tua. Si anak tanpa disadari akan mengadakan seleksi dari hal-hal yang orang tua idealkan, nilai-nilai, prasangka, kekuatan dan kelemahan orang tua dijadikan milik anak, bahkan sifat neurotik orang tua bisa diambil alih oleh anak. (William, 1982,h.7)
Satu kelompok pengalaman diperoleh anak melalui latihan buang air kecil dan besar ”toilet training”. Hal ini memberi kesempatan yang sangat bagus pada anak untuk memberi atau menolak, bersikap kerjasama atau melawan. Membentuk kebiasaan kerapian atau kecerobohan. Juga membantu dalam membentuk sifat-sifat seperti kebiasaan untuk dapat melakukan sesuatu dengan lebih mandiri. Semua kondisi tersebut dapat menjadi kebiasaan sepanjang hidup.



B. LANDASAN TEORI

B.1. Pengertian Kecerdasan Intrapersonal

Menurut May Lwin, dkk (2003) kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai mengenai diri sendiri, kecerdasan ini merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri.
Sedangkan Suryadi (2006, h.48) berpendapat bahwa kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan diri kita untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, merancang tujuan, refleksi merenung, membuat jurnal, menilai diri, intropeksi, dan sebagainya.
Tokoh lain seperti Thomas Armstrong dalam bukunya Multiple Intelligences ( 2004,h.4) Kecerdasan Intrapersonal merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri sendiri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri , memahami dan menghargai diri.
Dukungan dari tokoh lain untuk memperkuat pengertian Kecerdasan Intrapersonal adalah Andyda Meliala ( 2004, h.81) yang menyebutkan bahwa kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan diri sendiri, yaitu suatu kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas hidup pribadinya. Orang dengan kecerdasan ini cenderung menjadi pemikir ulung, yang secara teratur mengadakan refleksi diri dan perbaikan diri. Penuh percaya diri dan mandiri merupakan ciri utama pada kecerdasan ini.
Dari beberapa pengertian tentang kecerdasan Intrapersonal dapat digarisbawahi bahwa kecerdasan ini menitikberatkan pada konsep pemahaman diri atas hidup pribadinya.


B.2. Ciri Anak Cerdas Diri

v Menyadari tingkat perasaan dan emosinya
v Mengekspresikan emosi secara tepat
v Punya kemampuan memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan
v Bisa menertawakan kesalahan diri sendiri
v Mampu duduk sendiri dan belajar mandiri
v Penuh percaya diri
v Independen atau Mandiri
v Mampu mengontrol diri sendiri (tidak sering mengamuk)
v Meluangkan waktu untuk duduk sendirian untuk melamun dan bicara pada diri sendiri (contoh. Thomas; bermain sendiri sambil membuat cerita, melatih kata-kata baru)

B.3. Manfaat Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal
1. Citra Diri
Membangun citra diri yang kuat untuk memiliki emosi yang stabil. Sesorang dengan citra diri yang lemah cenderung sulit mengontrol emosi (labil) ketika dihadapkan pada masalah. Jika citra diri anak tidak dibangun, maka anak cenderung mudah tersinggung, kesepian, bosan, dan sulit menghadapi masalah.
2. Pengendalian emosi
Pengendalian emosi yang prima membawa anak kepada tujuannya. Anak dapat melawan kemalasan, keraguan, kemarahan dan ketakutannya. Sebaliknya lemah dalam pengendal;ian emosi dapat berdampak negatif pada saat anak diharuskan untuk memulai suatu langkah atau tindakan. Gagal dalam pengendalian emosi bisa mengakibatkan anak sama sekali tidak berani mulai melangkah.Contohnya, seorang anak yang minder sulit sekali memulai hubungan pertemanan.
3. Bertanggung jawab pada diri sendiri
Anak yang cerdas diri bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, anak yang bertanggung jawab mudah mengakui kesalahannya dan berniat memperbaikinya. Sebaliknya, mudah dilihat pada anak yang tidak bertanggung jawab pada diri sendiri sering mencari-cari alasan, menyalahkan orang lain atas kegagalan atau tidak tercapainya suatu target.
4. Harga diri
Seorang pakar dari motivasi dari Amerika, Betty B. Young menyebutkan 6 unsur pokok dari harga diri, yaitu;
v Keamanan fisik; rasaaman dari siksaan fisik
v Keamanan emosi; bebas dari intimidasi dan ketakutan
v Identitas; tahu ”siapakah aku”
v Afiliasi; ada rasa memiliki
v Kompetensi; percaya bahwa ”aku bisa”
v Punya tujuan :mempunyai rasa memiliki tujuan tujuan dan arti hidup
Anak yang memiliki rasa percaya diri disebabkan oleh pemenuhan atas keenam unsur tersebut dapat dkatakan sebagai karakter pemenang. Pengertian karakter pemenang adalah seorang anak yang sanggup mengalahkan rekor terbaik dirinya sendiri, yang sanggup berkarya lebih baik dari daripada hari kemarin.

B.4. CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL
1. Menciptakan citra diri Positif

Orang tua dapat memberikan citra positif, citra diri yang baik pada anak yaitu dengan menampilkan sikap hangat namun tegas pada anak, sehingga anak tetap memunyai rasa hormat pada orang tua. Selain itu orang tua juga menghormati dan peduli pada anaknya, hal ini akan menawarkan lebih mudah pada masalah perhatian, penghargaan, dan penerimaan pada anaknya.
2. Menciptakan suasana rumah yang aman

Bila suasana rumah tidak mendukung kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri seorang anak, akibatnya yang terjadi anak akan menolak dan tidak menghargai kondisi dan suasana rumah. Untuk itu orang tua perlu menghindari situasi eperti itu, agar kemampuan intrapersonal anak tidak terhambat.
3. Kondisi lingkungan rumah

a. Anak tentu memiliki suasana hati yang dialaminya pada suatu saat tertentu, agar anak terbiasa dan mampu mencurahkan isi hatinya,beri anak kegiatan tulis menulis
kegiatannya. Dengan begitu anak dapat menuangkan isi hatinya dalam bentuk tulisan ataupun gambar.
b.Orang tua dapat menanyakan pada anak dengan suasana santai, hal-hal apa saja yang ia rasakan sebagai kelebihannya dan dapat ia banggakan serta kegiatan apa saja yang saat ini tengah ia minati. Orang tua sebaiknya membantuvanak menemukan kekurangan dirinya, semisal sikap-sikap negatif yang harus diperbaiki.
c. Memberikan kesempatan menggambar diri sendiri dai sudut pandang anak. Tak jauh berbeda dengan kegiatan mengisi jurnal pribadi, kegiatan menggambar ini akan membuat anak seakan ”berkaca” dalam melihat siapa dirinya sesuai dengan perasaannya, dan apa yang dia lihat sendiri, ini berguna bagi anak untuk menambah kemampuannya melihat diri sendiri.
d. Melakukan perbincangan dengan anak semisal anak ingin seperti apa bila besar nanti. Biarkan anak mengkhayalkan masa depannya. Dari kegiatan ini orang tua dapat mengetahui bagaimana anak membimbing dirinya disaat ini dan juga saat yang akan datang
e.Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh satu cerita. Berandai-andai menjadi satu tokoh cerita yang dia gemari, hal ini dapat dilakukan untuk mengasah kecerdasan intrapersonal.
f. Alangkah baiknya apabila orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri dengan tujuan agar ia mampu membantu dirinya sendiri, Mulailah dari hal-hal kecil dan kebiasaan sehari-hari. Caranya dengan tidak langsung mengulurkan tangan saat anak belajar melakukan sesuatu. Belajar memakai sepatu sendiri, kaus kaki, t-shirt, mengancingkan baju, berjalan kaki kerumah tetangga merupakan latihan-latihan yang akan membuat anak mandiri..
g. Seandainya anak menemui masalah, misalnya kesulitan memakai sepatu sendiri, orang tua bisa membantu dengan memberiny jembatan berpikir ke arah solusi yang diharapkan.misal, ”jika Adek tidak bisa melakukan seperti itu , harusnya bagaimana?”coba lihat baik-baik tali sepatunya, Adik bisa kok kalau dilakukan pelan – pelan”. Biarkan anak menemukan solusi sendiri dari masalahnya. Bagaimana orang tua harus menstimulasi anak untuk berpikir kreatif menemukan beberapa alternatif solusi. Sikap kratif ditandai dengan munculnya ide-ide baru, berbagai inovasi serta solusi tepat disaat menemu hambatan dan kesulitan. Dengan demikian, kratifitas adalah salah satu ciri anak tangguh yang memperkuat kemandirian. Orang tua hendaknya memberi kepercayaan penuh atas kemampuan ini. Disini yang diperlukan adalah kesabaran untuk menunggu hasilbyang memang tidak bisa cepat dan instan.
h. Sejak usia dini anak membutuhkan motivasi, anak yang memiliki motivasi menunjukkan adanya keinginan dan kemauan untuk mendapat hasil maksimal, begitupun ketika anak anak menghadapi rintangan dan kesulitan, ia mempunyai keinginan untuk mengatasinya. Keinginan untuk lingkungannya seperti berguling, berjalan, berbicara, tersenyum, mengespresikan kegembiraan dan lainnya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Peran orang tualah untuk dapat menstimulasi anak supaya anak tidak mudah menyerah, berani menghadapi kegagalan. Bila anak tidak memiliki motivasi diri yang bai k, dalam menghadapi rintangan anak akan lekas puas, mudah menyerah, tak semangat untuk maju dan daya juangnya rendah..



C. PENUTUP

Setelah membaca dan memahami mengenai kecerdasan Intrapersonal pada anak usia dini, kita dapat memperoleh saran praktis mengenai cara mengenali dan membina kecerdasan intrapersonal anak melalui berbagai aktivitas.
Kita juga telah melihat bagaimana tampaknya kinerja anak terkait dengan kecerdasan tersebut. Suatu pertimbangan penting pada saat ini adalah dalam menilai setiap anak orang tua harus tetap obyektif, mengingat setiap anak mengembangkan kemampuan dengan kecepatan yang berbeda. Setiap anak adalah seorang individu yang unik dengan ciri yang tidak sama, dan setiap anak memiliki yang tidak terbatas untuk belajar mengeksplorasi diri.
Kekuatan pemahaman diri pada seorang anak sangat dibutuhkan untuk dapat berekspresi, eksis, dan berkarya dengan optimal. Untuk itu diperlukan kemauan berproses dan tidak mengukur keberhasilan hanya dari akhirnya saja. Penghargaan terhadap hasil semata akan membuat anak merasa kalah sebagai orang yang kalah sekiranya ia menemui kegagalan. Padahal untuk dapat meraih prestasi seorang anak harus meras tertantang, walaupun pernah mengalami kegagalan.
Apabila seorang anak mengalami ketidakseimbangan akibat tuntutan orang tua yang terlalu tinggi dan selalu naknya berhasil tanpa mengindahkan proses. Umumnya ia akan kesulitan menjaga keseimbangan antara kelebihan, keterbatasan, maupun keunikan dirinya. Suatu saat anak akan merasa tidak nyaman terhadap dirinya sendiri. Secara psikologis anakpun relatif rentan mengalami hambatan pengaktualisasian diri.
Anak yang cerdas diri tidak mudah putus asa, anak dengan kemampuan ini memiliki kemampuan menghadapi masalah serta mencari dan menemukan solusi efektif bagi persoalan yang dihadapinya. Dalam masa perkembangannya, berbagai persoalan mungkin tidak hanya cukup dihadapi dengan intelektualitas tetapi juga diperlukan dengan pendekatan emosi.
Oleh karena itu, untuk dapat menjadi anak yang cerdas diri ( self smart) anak harus tetap mendapatkan stimulasi pendukung pada semua jenis kecerdasan, terutama kecerdasan emosi, sosial, maupun spiritual. Semua ini harus diberdayakan dan dioptimalkan agar anak mempunyai kunci- kunci yang membuka potensi kecerdasannya.

DAFTAR PUSTAKA

- Andyda Meliala, 2004. Anak Ajaib. Yogyakarta.Andi Offset

- Dale R. Olen 1987. Kecakapan Hidup Pada Anak. Yogyakarta, Kanesius

- May Lwin,dkk, 2005, Cara membangkitkan Berbagai Komponen
kecerdasan. Jakarta. Gramedia

- Nakita, 2006. Panduan Tumbuh Kembang. Jakarta. PT.Sarana kinasih

- Pusat Bimbingan UKSW, 1981. Bagaimana Meningkatkan Pemahaman
Diri. Salatiga, Percetakan Satya Wacana

- Suryadi, 2006. Kiat Jitu Mendidik Anak.Jakarta, Edsa Mahkota

- Thomas Armstrong, 2002. Multiple Inteligences. Bandung, Kaifa






2 komentar:

levi ramdhani mengatakan...

intrapersonal memang penting ya mba, tapi aku mau tanya gimana cie seharusnya peran dari orang tua dalam mengembangkan intrapersonal anak usia dini.karena bila intrapersonal dikembangkan sejak dini kan itu penting, karena anak usia dini dalam masa keemasan ( 0-8 ) tahun.tolong ya mba.mkch sebelumnya

Dinda Pratiwi mengatakan...

artikelny bagus,saya mempunyai bakat kercerdasan intrapersonal juga.bukan berarti saya selalu menyendiri,melainkan saya selalu berusaha,bertanggung jawab terhadap hal2 positif yang harus saya lakukan,serta selalu tekun dan ulet dalam belajar