Sabtu, 13 September 2008

PSIKOLOGI INTELEGENSI

SOAL UJIAN PSIKOLOGI INTELEGENSI : Dr.St. Soejanto Sandjaja
( Pasca Psikologi UNIKA )

1. Bandingkan paling sedikit tiga hal antara Inteligensi Trarchic menurut Stenberg dengan Structure Of Intellect menurut Guilford

2. Jelaskan kaitan antara Inteligensi Intelektual (IQ) dengan inteligensi emosi, inteligensi spiritual (SQ) dan inteligensi Adversitas (AQ), Buatlah model atau
bagan teoritisnya.



JAWABAN

.
Inteligensi Triarchic ( Stenberg)

Stenberg, menggolongkan inteligensi berdasarkan proses kognisi yaitu bagaimana seseorang mengumpulkan dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah dan berperilaku inteligen.
Perilaku Inteligen Kontestual adalah produk dari:
- penerapan strategi berpikir
- mengatasi persoalan baru secara cepat dan kreatif
- beradaptasi terhadap lingkungan dengan cara menyeleksi dan membentuk kembali lingkungannya.
Menurut Stenberg ada 3 aspek Inteligensi Triarchic :
A. Inteligensi Komponenensial↔ kemampuan untuk berpikir secara abstrak, memproses informasi dan menentukan apa yang perlu dilakukan. Ada beberapa tugas untuk mengukur intelegen komponensial yaitu berpikir analogi, kosa kata, dan silogisme. Sedangkan komponen berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
- komponen metakognitif ; kemampuan untuk membuat perencanaan yang matang
- Komponen Performasi : kemampuan untuk mempersepsikan dan menyimpan informasi baru
- Komponen Penguasaan pengetahuan : kemampuan untuk memperoleh pengetahuan baru atau ilmu baru.
Berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 2 :
- Komponen khusus : proses pengolahan informasi yang hanya tepat untuk satu jenis tugas saja,
- Komponen umum : proses pengolahan informasi yang cocok untuk setiap tugas kognisi.
B. Inteligensi Eksperensial ↔ kemampuan untuk merumuskan gagasan-gagasan baru dan mengkombinasikannya dengan fakta-fakta lain.
Ada dua karakteristik intelegensi eksperensial :
1. Insight : kemampuan untuk bekerja secara efaektif dalam situasi baru, missal berpikir kreatif dalam memecahkan masalah.
2. Otomatisasi : Kemampuan secara tepat berganti solusi baru secara langsung untuk menyelesaikan masalah rutin tanpa harus berpikir lama dan menggunakan banyak energi untuk berpikir lama dan menggunakan banyak energi untuk dulu.
C. Inteligensi Kontekstual ↔ kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah dan dapat memanfaatkan peluang secara maksimal dengan cara menciptakan atau membentuk kembali lingkunanya. Kemampuan ini berkaitan erat dengan kesiapan seseorang untuk memecahkan masalah dalam situasi khusus.



Structure Of Intellect ( Guilford )

Model Struktur Intelek Menurut Guilford, Mengklasifikasikan sifat-sifat intelektual dalam 3 dimensi :
1. Operasi ↔ apa yang dilakukan responden , ini meliputi kognisi, perekaman ingatan, penahanan ingatan, produksi divergen ( yang menonjol dalam kegiatan kreataif), produksi kovergen, dan evaluasi
2. Content ↔ Hakekat materi atau informasi dijalankan, ini meliputi segi visual, pendengaran, simbolis, (huruf,angka) semantic, dan perilaku ( informasi tentang perilaku, sikap, kebutuhan orang lain, dsb)
3. Produk ↔ bentuk dimana informasi diproses oleh responden, produk-produk diklarifikasikan menjadi unit, kelas relasi, system, transformasi, dan implikasi.
Meskipun telah di rancang dalam model Struktur intelek, model ini sendiri memiliki dampak yang kecil terhadap pengembangan dan aplikasi tes penggunaan umum. Seharusnya model ini seperti semua model yang lain, memberikan satu skema untuk merepresentasikan korelasi yang diperoleh diantara variable-variabel.

Pengaruh yang langsung yang positif dari model stuktur intelek adalah memusatkan perhatian dan pembedaan antara operasi dan isi dalam identifikasi factor-faktor, pembedaan ini telah membantu dalam menjernihkan baik factor-faktor yang diidentifikasi melalui analisa factor dan proses –proses yang diselidiki melalui psikologi kognitif.







2. Kaitan antara Intelegensi Intelektual (IQ) dengan Inteligensi Emosi (EQ), Intelegensi Spriritual (SQ) dan Intelegensi Adversitas (AQ), dengan membuat model teoritisnya.
Ada macam-macam kecerdasan yang sering menjadik topic menarik untuk dibahas, namun focus yang di telaah disini adalah Empat kecerdasan yang saling berkorelasi satu dengan yang lain. Kita akan mencoba membahas satu persatu dari empat intelegensi yang saling berkaitan :
1. Intelegensi Intelektual (IQ) dengan Intelegensi Emosi (EQ)
Masyarakat umum memandang IQ sebagai singkatan dari intelegensi, yang sebenarnya intelegensi intelektual memiliki pengertian kemampuan menggunakan konsep abstrak dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi secara cepat dan efektif, sedangkan IQ sendiri merupakan satu indeks tingkat relative kecemerlangan individu, IO disini merupakan ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu, berkaitan dengan norma usia tertentu, Sedangkan Pengertian Intelegensi Emosi adalah Kemampuan individu untuk mencapai tingkat kedewasaan dan dari perkembangan emosionalnya, Sedangkan EQ merupakan definisi dasar dari efektifitas dan hubungan kausalitas antara upaya dan hasil. Kaitan antara kedua intelegensi ini adalah adanya keunggulan kekuatan dari IQ dan EQ manusia. Secara rasional ternyata kecerdasan emosi (EQ) mempunyai keunggulan jauh lebih tinggi disbanding dengan kecerdasan otak (IQ) dalam hal berkompetisi. Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan selama ini, lebih cenderung menekankan pada pentingnya akademik atau pada kecerdasan otak, masih langka kecerdasan emosi yang mengajarkan integritas, kejujuran, komitmen, kreatifitas, ketahanan mental, distimulasi pada anak didik disekolah. Alangkah bijaksananya apabila dua kecerdasan ini dimunculkan secara seimbang pada dunia pendidikan, karena dari sinilah akan menghasilkan individu-individu yang berkarakter baik karena ditunjan oleh dua kecerdasan intele=ktual dan emosi.
2. Intelegensi Spiritual (SQ) dan Intelegensi Adversitas (AQ)
Intelegensi Spiritual diawali dengan adanya proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup manusia, suatu jaringan syaraf yang secara literal “mengikat” pengalaman manusia secara bersama untuk “hidup lebih bermakna. Pada GOD spot inilah sebenarnya terdapat kemurnian manusia yang terdalam. SQ tidak mesti berhubungan dengan agama, sebagian orang SQ mungkin menemukan cara pengungkapan melalui agama tetapi beragama tidak menjamin SQ sangat tinggi. SQ sendiri memiliki makna sebagai fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memunkinkan otak manusia menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. Kecerdan spiritual ini disebut sebagai kecerdasan Jiwa, yang membantu manusia membangun diri secara utuh. Sedangkan Intelegensi Adversitas (AQ) memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan dan mempunyai daya juang yang tinggi, disini ketika individu dihadapakan pada kesulitan dan hambatan, karena dia mempunyai kecerdasan adversitas, maka akan menganggap hambatan tersebut sebagai tantang dan peluang untuk mampu mengubah hambatan mnuju puncak keberhasilan. Adapun kaitan antara Intelegensi Spiritual(SQ) dan Intelegensi Adversitas adalah pada kecerdasan yang berhubungan dengan Jiwa dimana dua kedua kecerdasan ini mempunyai pemaknaanyang bersumber dari diri yang paling dalam yaitu adanya kesadaran akan pemaknaan nilai-nilai hidup yang lebih mendalam.

Model Hubungan antara IQ, EQ, AQ, SQ dan Tuhan



(GAMBAR TAK TAMPAK)























SOAL : Dra. Praharesti Erianty, MSi


1. Jelaskan tentang dinamika perkembangan intelegensi sepanjang rentang kehidupan manusia. Bagaimana upaya perkembangannya untuk tahap perkembangan anak-anak, remaja, dan dewasa ?

2. Konsep tentang Multiple Intllibence banyak memberikan manfaat dalam dunia pendidikan, jelaskan. Walaupun demikian guru juga sering menghadapi kendala dalam upaya memberikan perhatian pada keunikan masing-masing siswa. Bagaimana solusinya menurut Bapak?Ibu ?



JAWABAN


1. Pada dinamika perkembangan intelegensi sepanjang rentang kehidupan manusia telah memberikan suatu fenomena kecerdasan manusia. Diakui adanya suatu perbedaan perkembangan kecepatan dan kesempurnaan manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga hal tersebut memperkuat pendapat perkembangan intelegensi memang berbeda-beda pada setiap orang, dimana seorang yang mempunyai taraf inteligensi yang lebih tinggi akan memiliki kecenderungan untuk memecahkan masalah yang sama bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki taraf inteligensi yang jauh lebih rendah. Perbedaan inteligensi setiap orang bukan terletak pada kualitas inteligensi itu sendiri, tetapi terletak pada tarafnya. Dalam artian lain bahwa seseorang yang tidak bias memecahkan masalah atau persoalan yang semudah-mudahnya juga memiliki inteligensi hanya tarafnya rendah.
Dalam perkembangan kepribadian manusia terdapat banyak aspek, inteligensi merupakan salah satu aspek penting bagi setiap aktivitas dan penghayatan manusia, disini inteligensi selalu memegang peranan. Urgesi untuk membuat diagnosa dari dinamika perkembangan psikologis pada umumnya dan khususnya pada inteligensi timbul kenyataan bahwa manusia satu sama lain berbeda. Maka adalah urgen untuk memahami manusia itu menurut apa adanya, manusia sebagai pribadi yang berbeda dengan dunianya masing-masing. Dan karena inteligensi itu berperanan dalam setiap aktivitas dan penghayatan hidup manusia , maka sangat penting membuat diagnosa dari dinamika perkembangan manusia.

Adapun upaya pengembangannya untuk tahap perkembangan anak-anak, remaja dan dewasa;
Upaya tahap perkembangan pada hakekatnya adalah dengan penuh tanggung jawab memberikan bimbingan kepada perkembangan anak-anak menuju remaja hingga dewasa. Secara ideal masing-masing anak harus diperlakukan menurut sifat khas anak tersebut, tanpa mengabaikan proses sosialisasi diantara teman sebayanya. Untuk upaya pengembangan ini diperlukan pemahaman mengenai masing-masing anak khususnya untuk inteligensinya yang merupakan salah satu aspek penting dalam kepribadiannya.. Banyak masalah yang mungkin timbul dalam upaya pengembanganya untuk anak-anak sampai pada tahap remaja menuju dewasa , namun penyelesaiannya akan efektif apabila bertolak dari pengetahuan mengenai inteligensi anak-anak tersebut. Beberapa masalah –masalah yang dapat saja terjadi dalam upaya tahap perkembangan anak-anak ke remaja dan meuju dewasa adalah :
- Bagaimana melihat struktur mental anak-anak, remaja, dan dewasa
- Bagaimana struktur mental itu berubah-ubah dengan bertambahnya usia
- Bagaimana perbedaan struktur mental anata orang normal, kurang normal, dan lebih dari normal
- Apakah seseorang itu sesorang itu dalam hal inteligensi akan tetap pada kelompok tertentu ataukah dia akan berubah (berpindah dari kelompok yang satu kekelompok yang lain)

2. Konsep tentang Multiple Intelligence banyak memberikan manfaat dalam bidang pendidikan karena dengan kecerdasan majemuk (MI) secara tidak langsung menyukseskan penerapan system pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi disekolah-kolah pada umumnya. Konsep kecerdasan majemuk secara menarik dan praktis telah menunjukkan secara jelas bagaimana rumusan kompetensi yang harus dimilik atau ditampilkan siswa dan bagai kompetensi belajar bias dicapai dengan cara sangat menyenangkan (sesuai dengan karakter dan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa). Disisilain Kecerdasan Majemuk (MI) mendorong terjadinya pembaharuan yang berkesinambungan dalam bidang pendidikan, yaitu :
- Sebagai pemandu praktis teori kecerdasan majemuk bagi pendidik yang mau mendalami konsep kecerdasan majemuk
- Sebagai pendukung bagi para guru yang sedang menjalani pelatihan disekolah-sekolah kependidikan
- Sebagai pedoman pengajaran bagi kelompok guru dan pendidik lain yang mencari gagasan-gagasan baru untuk memperkaya pengalaman mengajar mereka.

Solusi yang mungkin diberikan oleh guru yang sering menghadapi kendala dalam upaya memberikan perhatian pada keunikan masing-masing siswa adalah :
- perlunya perhatian dan pemahaman dari guru bahwa setiap siwa atau murid mempunyai minat dan kemampuan yang tidak sama pada pelajaran.
- Guru tidak perlu khawatir apabila ada muridnya yang dirasa mempunyai kelemahan dalam mempelajarai matematika, bahasa atau mata pelajaran yang lain, pertama dimungkinkan murid memiliki satu atau dua kecerdasan yang belum terdeteksi, kedua, ada kemungkinan cara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak bias dikuasai oleh murid tersebut tidak tepat atau tidak cocok dengan karakter si muriddan yang ketiga kemungkinan minat si murid terhadap mata pelajaran tersebut menurun drastis. Untuk mengatasi problem yang muncul sebaiknya guru memberikan contoh atau biografi orang-orang yang berprestasi yang sangat dimungkinkan akan memunculkan minat belajar mereka walaupun itu harus dengan empati yang diberikan oleh guru pada muridnya.
- Guru sebaiknya tidak membatasi seorang siswa hanya dengan satu wilayah kecerdasan, namun akan lebih baik jika guru bias menstimulasi kecerdasan –kecerdasan yang tampak menonjol pada setiap siswa.
- Guru bisa membuat atau menggunakan check list penilaiankecerdasan majemuk siswa untuk digunakan secara informal bersama dengan sumber informasi penilaian lain ketika melihat kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa. Guru sebaiknya menyediakan buku catatan, buku harian atau agenda dimeja untuk mencatat pengamatan ini.
- Guru bias melakukan diskusi dengan guru yang lain, bagaimana memberikan mata pelajaran yang menarik dan kreatif sehingga semua siswa menjadi berminat terhadap pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.


Mahasiswa : Saptorini Retnosari
Program Pasca Psikologi Pendidikan